SEMINAR NASIONAL “KONTRIBUSI FILSAFAT ISLAM BAGI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI”

Universitas Paramdina, Kamis, 17 Oktober 2013.

Peradaban adalah wajah material dari kebudayaan. Artinya, peradaban terkait erat dengan bangunan, jembatan, lembaga-lembaga, tempat peribadatan, pasar dan seterusnya. Sedangkan kebudayaan berhubungan dengan “semua hasil budi, akal” manusia, yakni ide, pikiran, keyakinan dan sebagainya. Jika dianalogikan komputer, kebudayan adalah sofware, dan peradaban adalah hardware.

Dari asumsi dasar ini, sebetulnya, yang secara empirik, lahiriyah, membangun peradaban adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). IPTEK lah yangmerancang dan mewujudkan bangunan peradaban menjadi “terlihat”. Nah, pertanyaan lebih jauhnya, jika peradaban dibangun oleh IPTEK,lalu bagaimana IPTEK itu sendiri dibangun? Bagaimana proses terbentuknya IPTEK?

IPTEK merupakan produk dari pengembaraan panjang rasio manusia dalam mengerti dunianya. Pada awalnya, sebelum IPTEK terbentuk, manusia menghadapi tantangan alam. Bagaimana bagaimana bertahan hidup di tengah kepungan alam, yang tidak hanya ramah dengan menyediakan pemenuh kebutuhan manusia, tetapi juga mengancam dengan berbagai bencana yang dihadirkannya. Oleh sebab itu, selain berkompromi, manusia pun menaklukan alam? Manusia berkompromi dengan alam melalui “teknologi” batin, penghayatan yang membuat manusia tenang secara batin di antara entitas Tuhan lainnya. Dan, manusia menaklukan alam dengan teknologi “lahir”. Dengan teknologi “lahir” tersebut manusia mengatasi alam, sekaligus melepaskan diri dari ketergantungan terhadap alam. Peradaban terbangun dengan teknologi lahir ini. Bagaimana terbentuknya teknologi lahir tersebut?

Dalam sejarah umat manusia, yang pertama dikenal adalah tanda atau simbol-simbol yang menunjuk pada sesuatu nilai tertentu. Namun, simbol-simbol tersebut belum secara eksplisit terbaca. Karena itu, disebut: filsafat non-eksplisit. Filsafat non-eksplisit itu membentuk satau pola berfikir dan nilai tertentu yang dikenal sebagai: falsafah (pandangan hidup). Pada tahap ini, objek material dari pandangan manusia dapat ditangkap karena memang ditransmisikan, diwariskan melalui tradisi. Meskipun diwariskan dari generasi ke generasi, namun falsafah hidup belum tersusun secara sistematis. Selanjutnya, falsafah hidup dianalisa secara sistematis melalui kerangka analisis metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Produk pembacaan sistemik ini adalah filsafat. Proses ini tidak berhenti di filsafat sebab filsafat “tidak akan langsung” mampu membangun peradaban. Karena itu, filsafat ditantang untuk menyelesaikan problematika manusia. Filsafat dihadapkan dengan realitas konkrit. Penghadapan itu akan menghasilkan filsafat kritis dan kreatif yang bisa menjawab masalah konkrit. Filsafat kritis dan kreatif tersebutlah yang melahirkan filsafat-filsafat khusus, seperti filsafat politik dan sebagainya, serta melahirkan pula ilmu-ilmu, seperti ilmu sosial, humaniora, eksakta dan sebagainya. Inilah tahap akhir perjalanan dari falsafah melalui filsafat dan berujung pada ilmu pengetahuan yang secara teknik dikerucutkan menjadi teknologi. Paparan di atas menunjukkan bahwa, “seharusnya” pengembangan IPTEk itu distir, dikontrol oleh filsafat yang berakar pada falsafah hidup, bukan oleh pasar!!!

Sayangnya, fenomena yang terjadi adalah, proses tersebut kadangkala hanya berhenti pada tahap pembentukan filsafat. Seperti kita ketahui, filsafat kerapkali tidak berdaya dalam menjawab tantangan praktis dunia modern, selain sekedar refleksi an sich. Padahal, semestinya, jika proses tersebut berlanjut, maka filsafat menjadi dasar pijakan pengembangan IPTEK yang secara operasional mampu memberi kontribusi dalam mengatasi persoalan hidup kontemporer. Oleh sebab itu, sangat mendesak sekali, filsafat sudah sepatutnya didorong untuk menjadi filsafat kritis dan kreatif yang merupakan langkah akhir sebelum menjadi IPTEK. Termasuk filsafat Islam.

Filsafat Islam yang kita kenal selama ini beroperasi pada wilayah spekulatif karena penekanan yang berlebihan pada dimensi metafisika. Inilah yang menyebabkan, filsafat Islam tidak memiliki guna praktis, kecuali “berbicara tentang dunia”, namun “tidak mengubah dunia”. Filsafat Islam pun “melangit”, bahkan terkesan hanya jadi aktivitas “pelipur lara” bagi para pencari kebenaran soliter. Filsafat Islam menjauh dari hiruk pikuk lalu lintas hidup konkrit manusia modern. Filsafat Islam menjadi “barang antik” yang dikagumi yang dipanjang dalam galeri sejarah peradaban dan budaya Islam. Peran filsafat Islam harus dipikirulang, dievaluasi agar membumi seperti pernah dicontohkan para filosof Muslim klasik yang menjadikan filsafat Islam sebagai pondasi, sekaligus pilar utama pengembangan IPTEK di masa kejayaan Islam. Inilah yang menjadi latar, mengapa program kajian filsafat Islam ini sangat penting dan menesak dilakukan. Program kajian filsafat Islam itu sendiri yang berorientasi pada penemuan objek-objek material dalam diskursus filsafat Islam secara sistematik yang akan menjadi dasar bagi pengembangan IPTEK. Acara sendiri akan dilaksanakan pada Kamis, 17 Oktober 2013 (09.00 – 15.00) di Auditorium Nurcholish Madjid. Beberapa pakar akan tampil sebagai pembicara pada acara tersebut, yaitu: Prof. Dr. Jalaluddin Rakhmat (Keynote Speech), Drs. Solichin, Pipip Ahmad Rifai Hasan, Ph. D, M. Subhi-Ibrahim, M. Hum, Prof. Dr. Andrianto Handojo (Keynote Speech), Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, Dr. Husain Heriyanto, Fuad Mahbub Siraj, Ph.D. Aan Rukmana, MA.

 

Acara ini terselenggara berkat kerjasama Program Studi Falsafah dan Agama Universitas Paramadina bersama Program Riset Islam, Etika dan Masyarakat Universitas Paramadina. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Dwi melalui telp: 0858-1343-0071 atau email: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

About us

Universitas Paramadina berdiri pada 10 Januari 1998, mengemban misi untuk membina ilmu pengetahuan rekayasa dengan kesadaran akhlak mulia demi kebahagiaan bersama seluruh umat manusia.

Latest Posts

Hubungi Kami

Kampus Jakarta
Universitas Paramadina
Jl. Gatot Subroto Kav. 97
Mampang, Jakarta 12790
Indonesia
T. +62-21-7918-1188
T. 0815-918-1190

E-mail: [email protected]
http://www.paramadina.ac.id 

Kampus Cipayung
Jl. Raya Mabes Hankam Kav 9, 
Setu, Cipayung, Jakarta Timur 13880�
T. 0815-818-1186


Kampus Cikarang

District 2, Meikarta,
Cikarang
T. 0815-918-1192�

Alters und Behindertengerechter Badumbau Badezimmer Dekoration Badezimmer für ältere Menschen Badezimmer für ältere und körperbehinderte Menschen Badumbau Behindertengerecht barrierefrei gestaltetes Badezimmer Barrierefreies Bad Behindertengerechter Ebenerdigen Dusche Komplettsanierung Pflege & Barrierefreiheit Pflegegrad erhalten Sie 4.000 € Zuschuss Pflegekasse Toiletten Dekoration
George karelias satin al Marlboro double fusion satin al Marlboro touch aqua satin al Djarum black satin al Captain black dark crema sigara satin al Toscanello limoncello puro satin al Puro satin al Tutun satin al