Kunjungan Studi Universiti Sains Malaysia Penang

Pada Senin, 24 Mei 2010 bertempat di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, Program Studi Hubungan Internasional menerima kunjungan studi dari delegasi dosen dan mahasiswa Department of Political Science, School of Social Sciences Universiti Sains Malaysia (USM).

Dalam kegiatan tersebut, juga diselenggarakan Student Discussion "Women and Democracy in Indonesia-Malaysia" antara mahasiswa USM dengan mahasiswa Prodi HI UPM. Juga dilakukan penandatanganan initial agreement antara USM yang diwakili oleh DR. M. Zaini Abu Bakar, Senior Lecturer dan Peni Hanggarini, Kaprodi HI mengenai butir kesepakatan 'student exchange programme'. Turut hadir dalam kesempatan ini, Bpk. Totok Amin Soefijanto, Ed. D, Deputi Rektor Akademik dan Riset Universitas Paramadina.

Sebelum diskusi dimulai dilakukan pemaparan pandangan mengenai topik diskusi oleh kedua delegasi. Paper Presenter dari  Universitas Paramadina adalah Marella Al-Faton dan Dianita Hapsari. Sedangkan Paper Presenter dari Universiti Sains Malaysia adalah Jeyaluxmy, Nor Rafidah binti Khairuddin dan Sharon John Joseph.

Presenter mengungkapkan bahwa Indonesia dan Malaysia telah melangkah kepada demokrasi yang mengusung konsep peran perempuan yang berkontribusi lebih khususnya dalam bidang politik. Di Indonesia, telah ditentukan peran perempuan dalam bidang politik yaitu sebesar minimal 30% perempuan menempati parlemen. Memang ini sepenuhnya belum mampu menyelesaikan masalah kesetaraan karena memang sulit untuk mengubah kultur politik yang sangat maskulin. Tapi yang perlu diperhatikan proses menuju arah keseteraan telah menemukan titik terang.

Dalam diskusi dipaparkan pula bahwa penerapan demokrasi baik di Indonesia dan Malaysia mendapat tantangan keras dari pola masyarakat heterogen di masing-masing negara. Kultur agama juga menjadi hambatan besar ketika demokrasi harus berhadapan dengan kesetaraan gender. Banyak dari budaya agama yang beragam di masing-msing negara, kontradiksi dengan konsep demokrasi dan kesetaraan gender. Namun, dalam diskusi tersebut tidak ada kesimpulan pasti bahwa agama adalah masalah yang kaku. Diskusi tersebut menekankan bahwa kenyataannya, belum ada kesepakatan antara konsep agama dan demokrasi yang ditawarkan. Inilah yang menjadi celah, dan sisi positif bahwa kita optimis demokrasi dan kesetaraan gender dapat diterima dengan berjalannya proses.

Di akhir diskusi, Benni Yusrizal selaku moderator menggarisbawahi kesimpulan bahwa menjadi hal utama bagi kita untuk dapat menghargai manusia secara intersubjektif. Sebenarnya kita tidak perlu memisahkan antara perempuan dan laki-laki hanya pada tataran konsep. Seharusnya yang dilakukan, penghargaan terhadap eksistensi umat manusia agar dapat menjadi titik temu dalam menghargai dimensi-dimensi demokrasi. (ben-rda-pha)

About us

Universitas Paramadina berdiri pada 10 Januari 1998, mengemban misi untuk membina ilmu pengetahuan rekayasa dengan kesadaran akhlak mulia demi kebahagiaan bersama seluruh umat manusia.

Latest Posts

Hubungi Kami

Kampus Jakarta
Universitas Paramadina
Jl. Gatot Subroto Kav. 97
Mampang, Jakarta 12790
Indonesia
T. +62-21-7918-1188
T. 0815-918-1190

E-mail: [email protected]
http://www.paramadina.ac.id 

Kampus Cipayung
Jl. Raya Mabes Hankam Kav 9, 
Setu, Cipayung, Jakarta Timur 13880�
T. 0815-818-1186


Kampus Cikarang

District 2, Meikarta,
Cikarang
T. 0815-918-1192�