Universitas Harus Mendidik Bonus Demografi

“Universitas tidak melihat masa lalu, tapi justru menatap masa depan,” kata HM Jusuf Kalla, ketua dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina.  Mantan Wapres RI itu menyampaikan pesan di acara Dies Natalis Universitas Paramadina ke-14, Selasa, 10 Januari 2012.  Tantangan masa depan memang berat, terutama karena Indonesia memiliki “bonus demografi” yang berupa angkatan kerja berusia muda dan produktif.  Anies Baswedan, rektor Universitas Paramadina, mengajak bangsa Indonesia untuk menjadikan bonus demografi itu benar-benar menjadi modal nasional, bukan bencana nasional.  “Kuncinya adalah dengan mendidik generasi muda tersebut agar memiliki kompetensi global,” katanya dalam orasi ilmiah dies natalis.

Hari ini, sekitar 66 persen penduduk Indonesia adalah usia produktif dengan rasio ketergantungan  51, yang artinya 100 orang usia produktif  menanggung 51 orang usia non produktif. Satu dekade dan dua dekade mendatang, Indonesia akan memiliki 70 persen usia produktif dengan rasio ketergantungan relatif rendah, atau sekitar  45 - 48. Inilah yang disebut dengan double-edge sword of population: it can be a disaster or a bonus.Pendidikan menjadi penentu masa depan anak-anak muda Indonesia: akan menjadi beban  ataukah menjadi penopang negara. Apakah sistem pendidikan akan menghasilkan anak-anak muda yang unqualified atau yang qualified. Esensi tujuan pendidikan bukan untuk menyiapkan tenaga-tenaga kerja sesuai dengan apa yang dibutuhkan bangsa saat ini, tapi untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bisa menopang pertumbuhan perekonomian bangsa dan menjadi duta besar Indonesia di wajah dunia di masa depan ketika kelak ia sudah berada pada usia produktif.

Dua hal yang harus diwujudkan negara ini untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia, demi mewujudkan masa depan bangsa yang lebih baik, adalah meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pilihan pendidikan tinggi bagi setiap lulusan SMA/SMK yang berpotensi dan meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan strategi pembangunan nasional Indonesia

Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 3.000 perguruan tinggi di Indonesia, dengan lebih dari 4,3 juta mahasiswa dan 233 ribu tenaga pengajar. Data dari Kementerian Agama menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 574 perguruan tinggi Agama Islam, dengan 550 ribu mahasiswa dan lebih dari 29 ribu tenaga pengajar.

Jumlah mahasiswa baru adalah sekitar 1,1 juta mahasiswa. Sedangkan jumlah lulusan SMA/sederajat adalah 2,2 juta lulusan. Hanya separuh lulusan SMA/sederajat yang melanjutkan ke perguruan tinggi, baik jenjang Diploma dan Sarjana.  Untuk jangka menengah, daya tampung perguruan tinggi harus ditingkatkan setidaknya 1 juta mahasiswa. Indonesia perlu membangun banyak perguruan tinggi dalam skala massif, dengan tetap memperhatikan kemampuan supply tenaga pengajar dan kesiapan infrastruktur. Perguruan tinggi memang pun harus “melebarkan sayap” ke luar Jawa., untuk merangsang pemerataan kuantitas dan kualitas.

Perguruan tinggi swasta memiliki peran signifikan dalam menyediakan daya tamping perguruan tinggi, yaitu 58 persen dari keseluruhan kapasitas mahasiswa, oleh karena itu perguruan tinggi swasta harus mendapatkan dukungan agar mampu mampu bergerak lebih cepat, berkembang dan sehingga lebih

Relevansi pendidikan tinggi dengan strategi pembangunan nasional harus ditingkatkan, misalnya dengan mendorong kerjasama antara beberapa perguruan tinggi negeri untuk membina pembukaan beberapa bidang studi yang aplikatif dan sesuai dengan potensi di Kalimantan, Sulawesi, dan wilayah di Indonesia Timur. Relevansi tersebut hendaknya tercermin dalam wujud grand desain pendidikan tinggi, yang didukung oleh kerjasama antara perguruan tinggi, dan hubungan antara perguruan tinggi dengan jaringan ilmuwan, pekerja, mahasiswa, dan professional Indonesia di luar negeri untuk terjadinya brain circulation.

Tantangan pendidikan, selain membangun kompetensi dasar agar manusia Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah kunci yang dapat menjamin terwujudnya manusia cerdas namun tetap humanis, mengenal jati diri bangsa, dan bangga dengan jati diri bangsa Indonesia diantaranya adalah mewujudkan nilai-nilai Pancasila menjadi sikap dan perilaku nyata semua warga negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, yang tidak hanya menjadi pengetahuan, wacana, atau slogan.

Perilaku yang berkarakter, tidak bisa sekadar diajarkan, namun harus diteladankan. Untuk itu, adalah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang bisa dijadikan teladan bagi anak-anak Indonesia, dimulai dari lingkungan yang paling dekat dengan anak, yaitu orang tua, masyarakat, guru, dan kepala sekolah. Pendidikan karakter bukan hanya untuk anak sekolah, tapi untuk dan melibatkan seluruh warga Indonesia. Karakter dan akhlak mulia sudah menjadi landasan utama universitas yang menerapkan nilai-nilai ke-Islam-an, ke-Indonesia-an, dan kemodernan.  “Universitas Paramadina harus menyiarkan Islam moderat, karena Islam berkembang di negeri kita melalui perdagangan, bukan pedang,” kata Jusuf Kalla.

Universitas Paramadina, menjejakkan langkahnya di tahun ke 14, usia yang relatif muda untuk sebuah perguruan tinggi berusaha berperan dalam mendorong terwujudnya kejayaan bangsa melalui pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya santun.  “Untuk usia sebuah universitas memang masih muda, tetapi gebrakan yang sudah dijalankan membuat Paramadina menjadi inspirasi bagi bangsa kita,” kata Anies Baswedan.  Beberapa inisiatif telah dijalankan sejak 2007.  Mata Kuliah Anti Korupsi menjadi mata kuliah umum yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa dari seluruh program studi, merupakan wujud nyata untuk memastikan etika menjadi landasan keputusan lulusannya di kemudian hari. Perluasan kesempatan menuntut ilmu di perguruan tinggi bagi siswa berprestasi dari seluruh Indonesia dilakukan Universitas Paramadina melalui program Paramadina Fellowship yang di awali pada tahun 2008 dan hingga kini telah diperoleh oleh  lebih dari 250 mahasiswa.  JK menambahkan, universitas di Indonesia harus mampu membawa bangsanya menuju kemajuan dan menguasai ilmu pengetahuan.

Dalam kesempatan dies natalis, Rektor Universitas memberikan penghargaan pengabdian 10 tahun kepada 6 dosen dan 34 karyawan.  “Saya merasa kampus ini berkembang pesat.  Kalau dulu, dosen berebut tempat duduk, sekarang tidak lagi,” kata Agus Ardani, karyawan office boy yang telah mengabdi sejak kampus Paramadina di gedung perkantoran Bidakara, Pancoran, Jakarta.   Selanjutnya, Universitas Paramadina yang kini berlokasi di Gatot Subroto, Mampang, akan membangun kampus kedua di kawasan selatan Jakarta.  “Saya berterimakasih kepada anak-anak muda yang kini menjalankan universitas.  Semoga tambah maju,” ujar Utomo Dananjaya, salah satu pendiri Universitas Paramadina ***

 

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

About us

Universitas Paramadina berdiri pada 10 Januari 1998, mengemban misi untuk membina ilmu pengetahuan rekayasa dengan kesadaran akhlak mulia demi kebahagiaan bersama seluruh umat manusia.

Latest Posts

Hubungi Kami

Kampus Jakarta
Universitas Paramadina
Jl. Gatot Subroto Kav. 97
Mampang, Jakarta 12790
Indonesia
T. +62-21-7918-1188
T. 0815-918-1190

E-mail: [email protected]
http://www.paramadina.ac.id 

Kampus Cipayung
Jl. Raya Mabes Hankam Kav 9, 
Setu, Cipayung, Jakarta Timur 13880�
T. 0815-818-1186


Kampus Cikarang

District 2, Meikarta,
Cikarang
T. 0815-918-1192�