Roundtable Discussion kerjasama ICAS dan Program Studi Falsafah dan Agama pada tanggal 11 Juni 2010 di ruang A1-10, pembicara : Prof.Dr. Mahmoud Ghurab. Dalam diskusi ini beliau membahas secara singkat dan padat konsep Wahdatul Wujud dalam teks-teks Ibn Araby yang mempunyai beberapa kemungkinan makna. Salah satunya berkaitan dengan hubungan antara dzat (entitas) dan sifat yang dipredikatkan kepadanya, dalam hal ini adalah sifat wujud (keberadaan). Dalam konteks makhluq yang bersifat mungkin, sifat ini dalah bukan dzatnya, karena bisa terpisahkan atau dipilahkan. Sedangkan kalau berbicara tentang Sang Khaliq, maka sifatnya tidak bisa dipisahkan dan dipilahkan dari Dzat-Nya. Ini menurut Syaikh Ibn Araby ; berbeda dengan pandangan Asy'arian dari kalangan teologian Islam . Dengan demikian, Wahdatu; Wujud berarti kesatuan antara Dzar dan sifat Tuhan yang tidak bisa dipisahkan; Dzat adalah sifat dan begitu sebaliknya. Maka yang namanya wujud bukanlah maujud kecuali dalam konteks Allah SAW, agar supaya eksistensi Allah tidak disebabkan oleh sifat yang disematkan kepada-Nya. Berbeda dari semua mahkluk yang baru ada ketika sifat wujud itu menjadi predikatnya setelah diciptakan.
Semua makhluk adalah tiada dan kemudian mempunyai sifat ada setelah diciptakan. Sedangkan Allah SAW wajib ada dan tidak diciptakan. Dengan demikian yang disebut wujud sebagai wujud itu sendiri adalah satu tak berbeda. Tetapi ketika perbedaan penisbahan antara Khaliq dan makhluk yang membuatnya mempunyai konsekwensi yang berbeda : a. Wahdatul Wujud dalam konteks Tuhan berarti Dia adalah satu-satunya Dzat yang Maha Kekal b. Karena Wahdatul Wujud ini tidak relevan dalam konteks makhluk-makhluk-Nya maka mereka adalah entitas bayangan yang hakikatnya tidak ada, dan kalaupun terlihat ada sejatinya adalah tiada c. Wahdatul Wujud ini sama sekali bukan wahdatul maujud karena Allah memang Maujud tapi Dia Maujud Sejati sedangkan semua makhluk disebut maujud, sejatinya mereka ada karena Allah dan sejatinya adalah tiada.
