Sejak tahun 2007-2012, dan program jenesys 2.0 merupakan kelanjutkan dari program Jenesys, yang diumumkan langsung oleh Shinzo Abe pada tanggal 18 januari 2013, saat berkunjung ke Indonesia. JICE (Japan International Corporation Center) sebagai penanggung jawab kegiatan ini, bekerja sama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika. Jenesys 2.0 mengundang 10.000 pemuda Negara-negara di Asia Tenggara ke Jepang, dan mengirim 500 pemuda Jepang ke Negara- Jenesys (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youth) merupakan sebuah program pertukaran pemuda yang diinisiasi oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Program Jenesys sudah terlaksana negara di Asia Tenggara. Program Jenesys 2.0 bertujuan untuk mempromosikan keunggulan teknologi dan kekuatan Jepang sebagai salah satu Negara maju yang masih mempertahankan budayanya.
100 Mahasiswa terpilih dari Indonesia, berkesempatan untuk mengunjungi Jepang selama 9 hari, yang tergabung dalam program jenesys 2.0 batch 11 media massa. 100 mahasiswa berangkat ke Jepang pada tanggal 23 Februari 2015 sampai tanggal 03 maret 2015. 100 Mahasiswa tersebut kemudian dibagi kedalam 4 grup. Masing-masing grup akan mengunjungi 4 kota yang berbeda di Jepang, yaitu Nara, Hyogo, Okayama, dan Ehime. Pada tanggal 24 Februari 2015, peserta Jenesys 2.0 Indonesia tiba di Tokyo dan melakuakn orientasi, sebelum esok harinya masing-masing grup akan meninggalkan Tokyo dan berangkat ke Nara, Hyogo, Okayama dan Ehime. Sebelum meninggalkan Tokyo pada tanggal 25 Februari 2015, Peserta Jenesys 2.0 Indonesia berkunjung ke National Museum of Emerging Science and Innovation/Miraikan, sebuah museum berkonsep pertukaran ilmu pengetahuan yang dipimpin oleh mantan astronot Jepang, Mori Mamoru. Ruang eksebisi yang terdapat di dalam museum memperkenalkan iptek mutakhir yang dipandang dari luas seperti ruang angkasa, , manusia, manufaktur dan masyarakat informasi. Miraikan memberikan kesempatan kepada para pengunjung unutk berupaya mengenal diri pribadi serta mengeksplorasi dan merealisasikan impian- impian masa depan, diri sendiri dan sesama.
Setelah berkunjung ke Miraikan, grup Nara, Hyogo dan Okayama berangkat ke Stasiun Tokyo menuju ke kota-kota tersebut dengan menggunakan Shinkansen atau Bullet Train, sedangkan grup Ehime menggunakan pesawat. Penulis tergabung ke dalam Grup Nara, dan berangkat dari Stasiun Tokyo menuju Shin Osaka Stasiun. Perjalanan dari Tokyo menuju Osaka dengan Shinkansen membutuhkan waktu 2 jam 30 menit. Setelah tiba di Osaka, perjalanan dilanjutkan ke kota Nara dengan menggunakan bus selama 50 menit.
Kota Nara pernah menjadi ibu kota Jepang, sebelum berpindah ke Kyoto dan Tokyo. Kota Nara juga memiliki 8 aset yang merupakan monument bersejarah yang telah terdaftar sebagai situs warisan dunia. Hari kamis, 26 februari 2015, perjalanan dimulai di kastil Osaka. Sebuah kastil yang dibangun sejak tahun 1583. Kastil Osaka terdaftar sebagai kekayaan budaya berwujud nasional. Kastil ini dikunjungi sekitar 1 Juta-1,3 Juta wisatawan setiap tahun. Setelah menjelajahi kastil, para peserta Jenesys 2.0 mengunjugi sebuah Industri lokal, yaitu Koran Yomiuri-Shimbun di kantor pusat Osaka. Yomiuri Shimbun adalah Koran utama Jepang yang diakui oleh The Guinness Book of Records sebagai perusahaan Koran yang memilki oplah terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Asosiasi ABC Jepang sebagai lembaga audit olah, Koran edisi pagi Yomiuri Shimbun pada bulan November 2013 mencapai oplah sebesar 10 Juta 7,440 eksemplar. Koran Yomiuri Shimbun terbit 2 kali dalam sehari, setiap pagi dan sore. Yomiuri Shimbun memiliki mesin yang berkemampuan mencetak 150 ribu eksemplar per jam.
Sedangkan tempat bersejarah yang dikunjungi di kota Nara adalah kuil Todaiji. Kuil ini dibangun oleh kaisar Shomu pada tahun 743 (era Nara) dengan kekuatan nasional dan patung Buddha utama adalah Rushanabutsu yang dikenal sebagai “Nara no Daibutsu” (Patung Buddha Besar Nara). Kuil Todaiji merupakan sebagian monument bersejarah di kota kuno Nara yang terdaftar sebagai warisan dunia UNESCO pada tahun 1998. Selain mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan industry media, peserta Jenesys 2.0 juga diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan mahasiswa di Nara Women University dan Tenri University.
Peserta Jenesys 2.0 juga diberikan kesempatan untuk tinggal di rumah keluarga Jepang dalam program Homestay selama 3 hari 2 malam. Kegiatan Homestay merupakan salah satu kegiatan yang paling berkesan bagi peserta, karena peserta mendapatkan keluarga baru, belajar budaya jepang secara langsung dan meraskan tinggal dan berinteraksi langsung dengan masyarakat jepang merupakan pengalaman yang sangat berharga, meskipun sangat singkat. Keluarga Jepang memang sangat ramah dan bersahabat, sehingga memberikan kesan baik yang sangat mendalam bagi peserta Jenesys 2.0.
Kami menemukan bahwa di Jepang, media cetak seperti surat kabar masih menjadi media yang paling diminati,selain itu pemerintah Jepang sangat peduli dengan kaum disable, hal ini dibuktikan dengan fasilitas-fasilitas umum yang memberikan kemudahan bagi kaum disable sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan fasilitas umum.
Di akhir program ini, masing-masing grup mempresentasikan temuan mereka selama 8 hari berada di Jepang di depan pejabat JICE (Japan International Cooperation Center), dan perwakilan kedutaan besar Republik Indonesia di Jepang. Setelah itu, setiap kelompok juga mempresentasikan action plan atau kegiatan yang akan dilakukan setelah kembali ke Negara asal yakni melakukan promosi dalam bentuk Post Card dan menyebarkan informasi memlaui tulisan yang disatuka di tumblr. Hal ini dilakukan untuk mempromosikan keunggulan Jepang. (Kartini Bahar, Peserta Jenesys 2.0 Mass Media Batch 11).