BINCANG KEBIJAKAN: POTENSI SEKOLAH SWASTA MURAH DALAM MENCAPAI PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN

Print

Tingginya angka putus sekolah terutama di area pendidikan dasar menjadi permasalahan yang tidak bisa dipandang remeh. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2015/2016, terdapat 1,014 juta anak putus sekolah ditingkat Sekolah Dasar yang tidak meneruskan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sementara itu, lebih dari 90 ribu anak putus sekolah ditingkat SMP yang tidak meneruskan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Data mutakhir ini relevan dengan peta tenaga kerja Indonesia yang menunjukkan 40 persen berpendidikan setara SD. Bila kondisi ini terus terjadi, bonus demografi yang kita harapkan bisa mendorong produktivitas nasional ke level tertingginya, justru tidak terjadi bahkan menjadi bencana demografi.

Ditengah tingginya data mengenai anak putus sekolah, muncul juga fenomena sekolah swasta murah (low cost private schooli) sebagaimana yang telah digambarkan dengan sangat menarik oleh James Tooley dalam bukunya berjudul Beautiful Trees. Keberadaan sekolah swasta murah ini dipandang menjadi salah satu cara di dalam upayanya menghadapi potensi risiko anak putus sekolah khususnya di Indonesia.

Mendasarkan pada pembahasan singkat tersebut maka Program Studi Psikologi pada tanggal 25 Oktober 2016 bekerjasama dengan SuaraKebebasan.org dan Friedrich Naumann Stiftung mengadakan kuliah umum mengenai “Bincang Kebijakan Potensi Sekolah Swasta Murah Dalam Mencapai Perluasan Akses Pendidikan”. Dalam kuliah umum ini menghadirkan beberapa narasumber utama, yaitu perwakilan dari CIPS Bapak Rofi Uddarojat, Ahli pendidikan dari Program Studi Psikologi Paramadina yang dalam hal ini diwakili oleh Dr. Fatchiah E. Kertamuda M. Sc, Perwakilan dari Koalisi Masyarakat Sipil untuk Tranformasi Pendidikan bapak Eka Simanjuntak dan dimoderatori oleh Bapak Muhammad Ikhsan dari Suarakebebasan.Org.

Joomla SEF URLs by Artio