Dimensi Gender dalam Situasi Konflik dan Damai

Print

Judul tersebut adalah topik yang diangkat pada Kuliah Tamu Program Studi Hubungan Internasional Universitas Paramadina,telah diselenggarakan pada Selasa, 6 April 2010 menghadirkan narasumber Dr. Indraswari seorang pengamat masalah gender dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Yang hadir pada mata kuliah tamu tersebut adalah mahasiswa peserta mata kuliah Isu-isu Global (Dosen: Peni Hanggarini) dan Teori Perbandingan Politik Luar Negeri (Dosen:Suhanto). Mereka memadati ruang perkuliahan Sevilla-Toledo di Paramadina Graduate School, The Energy Building , 22nd Floor.

Pembicara memaparkan bahwa gender adalah pembedaan bukan perbedaan yang dikonstruksi melalui sosial budaya serta dapat terjadi di kala konflik dan damai. Bahkan bahasa pun dapat mengandung bias gender. Untuk meningkatkan kesadaran mengenai gender maka Dr. Indraswari menyatakan bahwa upaya perlu dilakukan bersama di seluruh level mencakup rumah tangga, masyarakat dan negara.

Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia misalnya, isu gender yang mengemuka diantaranya adalah kasus jugun ianfu. Penjajahan Jepang yang relatif singkat dibandingkan penjajahan Belanda sangatlah menyakitkan bagi para perempuan Indonesia serta perempuan asing yang dipaksa menjadi jugun ianfu atau dalam istilah lain adalah comfort women. Setelah konflik usai dan memasuki era perdamaian, bias gender pun tetap ada. Perkuliahan ini mengangkat pentingnya menganalisa perspektif gender pada beberapa isu global antara lain dalam isu kemiskinan, pendidikan dan lingkungan.

Joomla SEF URLs by Artio