Manusia Qur'anik

Print

Oleh: Fuad Mahbub Siraj*

Allah menurunkan dua bentuk petunjuk, yakni kitab Allah (Alquran) yang diistilahkan dengan kitab al-Munazzalah dan “kitab alam” yang diistilahkan dengan kitab al-majbûlah. Siapa saja yang mengikuti petunjuk kedua kitab ini, insyaallah akan selamat hidupnya dunia dan akhirat.

Contoh isyarat Allah pada kitab alam, seperti yang ditulis oleh Muhammad Abduh, mufasir kondang dari Mesir. Disebutkan, dalam sebuah kebun ditanam peria dan semangka. Kedua tumbuhan ini tumbuh pada tanah yang sama, disirami dengan air yang sama dan menghirup udara yang sama, bahkan tumbuhnya berdekatan dan akarnya saling berdempetan. Kenapa rasa buah semangka yang manis tidak pernah pindah pada rasa peria yang pahit, dan rasa peria yang pahit tidak pernah pula pindah pada rasa semangka yang manis?

Kita di dunia ini tidak pernah memakan semangka sepahit peria. Hal ini berarti adanya Yang Maha Pengatur yang membuat aturan, bahwa semangka hanya menyerap zat makanan yang menjadikan buahnya manis dan peria juga menyerap zat makanan yang membuat buahnya pahit. Yang Maha Pengatur itulah yang dalam Islam disebut Allah.

Lebih unik cara kerja otak manusia, ia dapat menyimpan, mengembangkan dan mengingat. Menurut BJ Habibie, andaikan tata kerja otak manusia dibuat bentuk komputer, akan terjadi komputer sebesar bola bumi kita ini.

Kata iqra (qira’ah) ialah membaca bersifat umum, baik membaca sesuatu yang tersusun dari huruf-huruf maupun tidak, baik yang tersurat maupun yang tersirat, baik ayat Allah maupun ayat alam, baik yang berfisik maupun yang tidak berfisik, baik ayat Alquran maupun koran. Baca diri kita, baca kondisi negara kita, baca nasib anak-anak kita. Perlu diingat bahwa syarat membaca atau menuntut ilmu pengetahuan harus atas nama Allah (بِاسْمِ رَبِّكَ) Apabila membaca tidak atas nama Allah, walaupun juga mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi ilmu tersebut akan merusak yang bersangkutan, orang lain dan alam semesta. Belajar dan membaca adalah modal kemajuan bangsa dan budaya.

Menangkap isyarat kitab alam tidak dapat mengandalkan bahasa Arab semata, akan tetapi dibutuhkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya. Sesuai dengan sunatullah (hukum alam ciptaan Allah), ilmu tidak akan diperoleh tanpa belajar. Karenanya, orang yang berilmulah yang akan dapat menjawab pertanyaan kunci, bagaimana unta dijadikan, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dihamparkan.

Ilmu pengetahuan adalah modal utama dalam mengungkapkan semua ciptaan Allah. Karena ilmu pengetahuanlah sebab utama para malaikat diinstruksikan Allah sujud hormat kepada moyang kita, Adam AS. Kelebihan ini tidak dimiliki makhluk lain, termasuk para malaikat sendiri.

Atas kelebihan inilah Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Karena itu, pada dasarnya, semua yang ada di bumi ini diperuntukkan Allah untuk manusia, bahkan gratis. Dengan arti, manusia tidak pernah membayar kepada Allah memakai matahari, udara, air, tanah dan semua yang ada di alam ini. Karena itu, manusia harus mengabdi dengan tulus kepada Allah.

Di antara bentuk pengabdian itu ialah manusia berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan, walau di ujung dunia dan di langit sekalipun, yang kemudian dikembangkannya untuk memakmurkan bumi ini. Manusia dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, tidak perlu membedakan agama dan suku bangsa. Silakan bekerja sama dengan siapa pun. Manusia yang diinginkan Alquran, bukanlah manusia yang bodoh, tetapi manusia yang pintar, manusia yang sanggup menjaring langit, manusia yang bisa menaklukkan alam semesta, manusia yang kepalanya penuh dengan ilmu pengetahuan, akan tetapi hatinya selalu tawaduk kepada aturan Allah.

*Dosen Falsafah dan Agama Universitas Paramadina, Jakarta.

https://www.beritasatu.com/jalan-pulang/556150/manusia-quranik

Joomla SEF URLs by Artio