KIAT BISNIS: Menyelami Fantasi Konsumen

Print

Iin Mayasari

Dosen Program Studi Manajemen, Universitas Paramadina, Jakarta

Bisnis.com, JAKARTA-- Berfantasi merupakan kesenangan diri sendiri untuk berimajinasi dan dilakukan secara sadar sebagai bentuk kompensasi karena bertujuan untuk menghindari dari masalah dunia nyata atau kurangnya sebuah stimulasi diri secara eksternal.

Fantasi ini dianggap sebagai sebuah aktivitas yang wajar dalam kehidupan manusia karena bisa saja didorong kesadaran adanya kesenjangan antara ideal self dan actual self.

Pameran merupakan salah satu ajang bertemunya produsen dengan konsumen. Foto ilustrasi kegiatan sebuah pameran. -

Ideal self terkait dengan konsep diri seharusnya seseorang, sedangkan actual self terkait dengan konsep diri secara nyata atau sebenarnya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, konsumen selalu berkeinginan untuk mencapai ideal self melalui segala upaya agar diri sendiri terlihat menarik, cantik, ganteng, sempurna alias tanpa cacat.

Individu akan selalu memilih produk atau menunjukkan penampilan agar terlihat menarik. Pada kenyataannya, individu tidak bisa mendapatkan ideal self yang diinginkan dan berbeda sekali dengan actual self.

Tujuan individu untuk selalu mengupayakan terbentuknya ideal self bisa dilakukan dengan berfantasi. Terkadang disadari, berfantasi itu menyebabkan individu lupa siapa diri sebenarnya dan bisa pula terbersit dalam benak untuk berpikir bahwa andaikata kalau saya seperti dia, atau seperti siapa, maka saya akan bahagia atau saya akan sukses dan sebagainya.

Berandai-andai ini sebenarnya bukan sesuatu yang keliru karena ini dianggap sebagai sebuah manifestasi apa adanya dari individu untuk menjadi orang lain yang nantinya dianggap mampu lebih baik. Individu perlu langsung dan tidak perlu malu-malu untuk mengungkapkan keinginannya. 

Realisasi fantasi ini dipermudah dengan kemajuan teknologi dan berkembangnya media sosial. Dengan adanya teknologi, individu bisa memiliki multiple selves. Individu bisa berimajinasi menjadi orang lain dan memiliki peran yang berbeda, yang dikenal sebagai Avatar.

Identitas individu diciptakan secara anonim, sehingga orang lain tidak mengetahui, hal ini dinamakan virtual identity. Dengan demikian, individu tersebut dengan mudah akan melakukan ekspresi diri sesuai yang dianggapnya ideal.

Banyak perusahaan menangkap peluang ini dengan memberikan peluang untuk mengekspresikan diri tanpa diketahui identitas diri sebenarnya dan bisa melakukan interaksi sosial, misalnya Second Life, Entropia Universe, Sims Online, serta online game misalnya Everquest, Lineage, dan World of Warcraft.

Selain itu, perusahaan-perusahaan besar seperti Coca Cola, Levi’s, Intel, dan McDonald sudah memberikan peluang bagi individu untuk terlibat menjadi avatar. Dengan demikian, individu akan mengekspresikan dirinya dengan optimal untuk berperan menjadi orang lain.

Bisa saja, individu belum menjadi konsumen yang loyal dari sebuah produk. Namun, dengan peran yang dipilihnya dalam media yang disediakan oleh perusahaan, perusahaan bisa menangkap ide fantasi konsumen.

Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan informasi baru dan banyak agar mampu menciptakan produk dan menawarkan pelayanan sesuai dengan konsumen yang dianggap potensial.

Fantasi individu ini sangat dibutuhkan oleh pelaku bisnis. Fantasi ini sebenarnya merupakan latent want yang sulit ditangkap oleh pemasar. Informasi yang diperoleh melalui media online game atau media online social interaction dapat memudahkan pemasar untuk mengumpulkan data mengenai preferensi konsumen yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan menyebarkan kuesioner atau survei bentuk lain.

Fantasi Konsumen

Anonimitas dalam identitas diri dapat memberikan peluang bagi konsumen untuk berinteraksi, dengan demikian, akan dilihat idealisme yang diungkapkan melalui peran tertentu.

Kemajuan teknologi bisa membuat perusahaan mengumpulkan informasi ini dengan menyimpan data berupa profil, lamanya berinteraksi, biometrik, dan sebagainya. Dengan demikian, perusahaan bisa mengumpulkan informasi yang secara tidak langsung terungkap. 

Perusahaan di segala bidang bisa memanfaatkan media untuk mengungkapkan fantasi konsumen yang tidak bisa terungkap dalam penelitian biasa. Terlebih lagi, konteks pemanfaatan avatar ini bisa digunakan untuk memahami perilaku konsumen dengan black box yang tidak mudah dibuka untuk dituangkan dalam bentuk cerita.

Dengan memanfaatkan peran sebagai avatar, konsumen bisa mengungkap identitas sebenarnya mengenai orientasi terhadap sesuatu termasuk nilai-nilai yang diyakini, persepsi, bahkan pilihan terhadap produk atau peran. Pemetaan informasi ini penting karena bisa menciptakan segmen baru dan menyasar target yang tepat.

Dengan demikian, pemasar dapat mengembangkan strategi pemasaran yang relevan dengan karakteristik konsumen. Penggunaan avatar juga banyak digunakan tidak hanya dunia pemasaran, namun juga dunia politik terkait dengan pemilu beberapa waktu yang lalu.

Terlebih bagi konsumen yang memiliki kepribadian yang malu, pendiam, atau cenderung tidak ekspresif karena merasa sungkan dengan lingkungan sosialnya, akan terbantu dengan menggunakan avatar.

Konsumen bisa menjadi individu yang berbeda sama sekali dengan dunia nyata. Preferensi ini penting ditangkap oleh perusahaan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah meskipun konsumen memiliki fantasi tersebut, hal ini juga perlu diperhatikan mengenai kemampuan dalam melakukan pembelian.

Selain avatar sebagai cara untuk mengkomunikasikan diri yang sebenarnya, avatar dapat menjadi media bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan produk-produk baru kepada konsumen.

Setiap konsumen yang terlibat dalam situs perusahaan tersebut dapat memperoleh informasi terkini mengenai produk atau jasa baru.

Individu sudah tidak perlu malu lagi karena media berekspresi telah disediakan oleh pemasar untuk mengoptimalkan potensi diri maupun mencurahkan hasrat terpendam agar menjadi nyata. Mari ekspresikan diri.

Sumber : Bisnis Indonesia Week End edisi 31 Agustus 2014

http://manajemen.bisnis.com/read/20140830/237/253764/kiat-bisnis-menyelami-fantasi-konsumen 

Joomla SEF URLs by Artio