Kuliah Tamu bersama Wamenlu-RI Bapak AM Fachir

 

Program Studi Hubungan Internasional melalui matakuliah Negosiasi dan Resolusi Konflik menyelenggarakan Kuliah Tamu dengan narasumber Wakil Menteri Luar Negeri A.M Fachir pada hari Jumat, 22 Mei 2015 bertempat di Aula Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina 

Sistem Internasional bagi sebagian besar kalangan akademisi Hubungan Internasional dianggap bersifat anarkis. Situasi tersebut dikondisikan oleh sikap negara-negara di dunia yang berusaha mengejar kepentingan nasionalnya atas dasar kuasa (power). Hal inilah yang menyebabkan terjadinya benturan kepentingan antar negara di dunia. Benturan kepentingan tersebut dapat berbuah hubungan kerjasama antar negara baik dalam bentuk bilateral maupun multilateral, dapat juga bersifat konflik dalam bentuk penurunan kadar hubungan diplomatic hingga pemutusan hubungan diplomatic antar negara atau mengarah kepada suatu bentuk yang lebih besar yaitu Perang. Dalam praktiknya perkembangan konflik yang terjadi tidak hanya antar negara saja namun berkembang terhadap aktor-aktor selain negara yang dikategorikan kedalam kelompok teorisme, Kejahatan Lintas Batas Negara yang dikoordinir oleh organisasi kejahatan tertentu antara lain kartel-kartel obat-obat terlarang, tokoh-tokoh tertentu yang dianggap sebagai ancaman seperti Snowden. Perkembangan konflik juga tidak terbatas antar dua negara namun juga dapat melibatkan banyak negara missal pada perkembangan terakhir Konlik Yaman yang merupakan konflik vertical antara kelompok Houthi yang berafiliasi pada aliran tertentu pada Islam dan Pemerintah Yaman melibatkan Koalisi Timur Tengah yang dipimpin oleh Arab Saudi, kasus lain yaitu kehadiran Negara Islam Irak Suriah (NIIS) atau yang lebih dikenal sebagai ISIS (Iraq Syria Islamic State ) tidak hanya melibatkan Irak dan Suriah namun juga koalisi dengan negara-negara yang berkepentingan terhadap stabilitas regional Internasional seperti Amerika Serikat, Perancis dan lainnya. Di Asia Tenggara sendiri konflik terjadi antara Thailand an Kamboja atas kuil Preah yang diklaim merupakan bagian dari masing-masing negara, Permasalahan Laut China Selatan yang semakin memanas antara Viet Nam dan Tiongkok serta Philipina dan Tiongkok, Philipina dan Malaysia atas klaim Kesultanan Sulu terhadap wilayah Sabah dan Sarawak.Kasus-kasus konflik yang terjadi di dunia bukannya tidak mungkin tidak dapat diselesaikan, peran aktif negara itu sendiri sebagai aktor utama dalam hubungan internasional dianggap penting dalam memberikan komitmen dan kontribusi politik, ekonomi dan sosial dalam penyelesaian konflik, selain itu organisasi non negarapun dapat memberikan kontribusinya. Indonesia merupakan salah satu entitas dalam sistem internasional. Sejak Proklamasi Kemerdekaanya di tahun 1945, Indonesia melalui politik luar negerinya yang Bebas-Aktif secara terus menerus memberikan kontribusi positif dalam penyelesaian konflik-konflik internasional. Indonesia telah terlibat dalam 26 kali misi perdamaian PBB melalui pengiriman Pasukan Garuda. Tidak hanya pengiriman Pasukan Garuda dalam misi diplomasi di timur Tengah, Indonesia terlibat dalam mendorong penyelesaian damai konflik Palestina-Israel, di Asia Tenggara Indonesia diminta oleh Pemerintah Philipina sebagai mediator dalam konflik Pemerintah Philipina dan Kelompok Pemberontak Moro, Indonesia juga secara aktif mendorong tercapainya penyelesaian konflik Thailand-Kamboja. Dalam pertemuan Konferensi Asia-Afrika yang dilaksanakan pada 19-24 April 2015 lalu di Jakarta dan Bandung, di paparkan secara jelas oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mengenai peran Indonesia dalam mendorong tercapainya cita-cita negara-negara Asia-Afrika khususnya dalam menghadapi tantangan ketidakadilan dan ketidakseimbangan dunia.

 

Tujuan dan Sasaran

Tujuan sesi Guest Lecture adalah bagian dari program yang ditentukan oleh Program Studi Hubungan Internasional agar mahasiswa Hubungan Internasional dapat mendapatkan internal insight dari pengambil keputusan dalam hal ini Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia antara lain

 

1. Mengetahui posisi Indonesia dalam penanganan konflik internasional.

2. Mengetahui peran dalam upayanya menangani konflik internasional.

3. Peran serta kontribusi akademisi dalam hal ini mahasiswa Hubungan internasional dalam memberikan pandangan dan rekomendasi mengenai peran aktif Politik Luar Negeri Indonesia.

 

 

Hadir dalam kegiatan tersebut Bapak Profesor Firmanzah selaku Rektor Universitas Paramadina yang membuka acara, Bapak A.M Fachir selaku Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia serta Bapak Dian Triansyah Djani selaku Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, serta Emil Radhiansya,M.Si selaku Ketua Program Studi Hubungan Internasional Universitas Paramadina. Pada kesempatan tersebut Mahasiswa dari kelas Negosiasi dan Resolusi Konflik yang diampu oleh Bapak Roy Basoeki Ph.D, membacakan rekomendasi kebijakan untuk diberikan kepada Kementerian Luar Negeri sebagai sumbangsih dari Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Paramadina.

About us

Universitas Paramadina berdiri pada 10 Januari 1998, mengemban misi untuk membina ilmu pengetahuan rekayasa dengan kesadaran akhlak mulia demi kebahagiaan bersama seluruh umat manusia.

Latest Posts

Hubungi Kami

Kampus Jakarta
Universitas Paramadina
Jl. Gatot Subroto Kav. 97
Mampang, Jakarta 12790
Indonesia
T. +62-21-7918-1188
T. 0815-918-1190

E-mail: [email protected]
http://www.paramadina.ac.id 

Kampus Cipayung
Jl. Raya Mabes Hankam Kav 9, 
Setu, Cipayung, Jakarta Timur 13880�
T. 0815-818-1186


Kampus Cikarang

District 2, Meikarta,
Cikarang
T. 0815-918-1192�